Laporan Pendahuluan Hipertensi
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
DISUSUN
OLEH :
NUR AZIZ
AKADEMI
KEPERAWATAN MAMBA’UL ‘ULUM
SURAKARTA
2017
LAPORAN
PENDAHULUAN HIPERTENSI
A.
PENGERTIAN
Hipertensi adalah
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolic 90 mmHg. (Bruner dan Suddarth, 2002: 896).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
diastolik di atas 90 mmHg.(Smeltzer,2001)
B.
ETIOLOGI
Penderita hipertensi
bertambah degan bertambahnya usia. (Darmojo, 1999). Penyebab hipertensi
diantaranya karena faktor keturunan, ciri dari perseorangan serta kebiasaan
hidup seseorang. Seseorang memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orangtuanya adalah penderita hipertensi. Sedangkan ciri
perseorangan yang berupa umur, jenis kelamin dan ras juga mempengaruhi timbulnya
hipertensi. Umur yang bertambah menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah.
Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita. Ras kulit hitam
hampir dua kali lebih banyak dibanding dengan orang kulit putih
Kebiasaan hidup seseorang dengan konsumsi garam tinggi, kegemukan atau
makan berlebihan, stres atau ketegangan jiwa, kebiasaan merokok, minum alkohol
dan obat-obatan akan memicu terjadinya hipertensi. (lany,
2001).
Dapat dikatakan kebiasaan yang buruk
akan memperberat resiko terjadinya hipertensi.
Pada Usia lanjut,
penyebab perubahan tekanan darah adalah karena adanya aterosklerosis,
hilangnya elastisitas pembuluh darah,
menurunnya distensi dan daya regang pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi
dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1.
Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang
mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf
simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok
dan stress.
2.
Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim
renal/vaskuler renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin
dll.
C.
MANIFESTASI
KLINIS
1.
Peningkatan tekanan darah > 140/90
mmHg
2.
Kelelahan , letih
3.
Nafas pendek
4.
Sakit kepala, pusing
5.
Mual, muntah
6.
Gemetar
7.
Nadi cepat setelah aktivitas
8.
Sulit bernafas saat aktivitas
9.
Gangguan penglihatan
10.
Sering marah
11.
Mimisan
12.
Kaku pada leher atau bahu
D.
PATHWAY
E. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan 2 cara yaitu :
1.
Pemeriksaan
yang segera seperti :
a.
Darah
rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia.
b.
Blood
Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c.
Glukosa:
Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d.
Kalium
serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
e.
Kalsium
serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f.
Kolesterol
dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/
adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g.
Pemeriksaan
tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
h.
Kadar
aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
i.
Urinalisa:
Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
j.
Asam
urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k.
Steroid
urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l.
Foto
dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana)
untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
m.
EKG
: perbesaran jantung gangguan konduksi (Smeltzer, 2001)
2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan
hasil pemeriksaan yang pertama ) :
a.
IVP
:Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter.
b.
CT
Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c.
IUP:
mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal, perbaikan ginjal.
d.
Menyingkirkan
kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
e.
(USG)
untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien.
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan non farmakologis atau
perubahan gaya hidup
Pengurangan asupan garam serta upaya penurunan berat badan merupakan
langkah awal pengobatan hipertensi. Pembatasan asupan garam sampai 60
mmol/hari, berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan. Akan sulit
dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan akan
mempengaruhi kebiasaan makan pasien secara drastis.
Pada beberapa penyelidikan didapatkan bahwa diet rendah lemak jenuh dapat
mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler. Dengan melakukan aktivitas fisik
yang teratur dapat menurunkan tahanan perifer sehingga dapat menurunkan tekanan
darah.
Perubahan gaya
hidup lain ialah menghindari faktor resiko seperti merokok, minum alkohol,
hiperlipidemia, stres. Merokok dapat meningkatkan tekanan darah, alkohol
diketahui dapat meningkatkan tekanan darah sehingga menghindari alkohol berarti
menghindari kemungkinan mendapat hipertensi. Relaksasi seperti meditasi, yoga
atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf autonom dengan kemungkinan dapat
pula menurunkan tekanan darah.
2.Penatalaksanaan farmakologis atau pengobatan hipertensi
Keputusan
untuk mulai memberikan obat antihipertensi berdasarkan beberapa faktor seperti
derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan organ target dan
terdapatnya manifetasi klinis penyakit kardiovaskuler atau faktor resiko lain.
Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi(pria, perokok)
atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95 mmHg dan
sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg maka perlu dimulai terapi
obat-obatan.(Smeltzer,2001)
Jenis-jenis obat hipertensi yaitu sebagai berikut :
a. Diuretik
Cara kerja
obat ini yaitu dengan meningkatkan volume air seni dan pengeluaran Natrium
(garam) melalui air seni tersebut. Obat golongan diuretik yang lazim diberikan
adalah tiazid. Efek samping terjadinya penyakit “gout” dan kadar gula pada DM sedikit meningkat.
b. Beta Bloker
Bekerja dengan
menghambat kerja hormon stres yaitu adrenalin terhadap jantung dan pembuluh
darah. Efek samping rasa lelah dan lesu, kaki lemah dan tangan (kaki) terasa
dingin. Yang termasuk yaitu asebutolol, alprenolol, propanolol, timolol, pindolol,dll.
c. Antagonis
Kalsium
Antagonis
kalsium bekerja dengan cara mengurangi jumlah kalsium yang masuk ke sel otot
dinding pembuluh darah dan jantung serta mengurangi ketegangan otot.
Berkurangnya tegangan otot ini mengakibatkan tekanan darah turun. Efek samping
adalah sakit kepala, muka merah dan pembengkakan pergelangan kaki. Golongan
obat ini seperti nifedipine, diltiazim, verapamil, amlodipin, felodipin dan
nikardipin.
d. Penghambat
enzim konversi Angiotensin (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor atauACE
Inhibitor)
ACE inhibitor
menghambat substansi yang dihasilkan ginjal,
yang bertugas menyempitkan arteri kecil. Efek samping : terjadi
penurunan tekanan darah yang drastis, gangguan pengecap dan batuk yang
menggelitik. contoh losartan, valsartan dan irbesartan.
e.
Vasodilator
Bekerja dengan
melebarkan arteri secara langsung. Efek samping dari vasodilator sedikit
meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan pembengkakan pergelangan kaki. Yang
temasuk golongan ini adalah doksazosin, prazosin, hidralazin, minoksidil,
diazosid dan sodium nitroprusid.
f. Golongan
penghambat simpatetik
Penghambatan
aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak seperti pada
pemerian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf perifer seperti reserpin
dan guanetidine.(Susalit, 2001)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG
MUNGKIN MUNCUL
1. Nyeri akut
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
2. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
3. Cemas
berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita
klien
4. Resiko tinggi
terhadap penurunan curah jantung berhubungan denganpeningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
5. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
C. PERENCANAAN
1. Gangguan
rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan
: Menghilangkan rasa nyeri
Kriteria hasil :
a) Melaporkan
ketidanyamanan hilang atau terkontrol.
b) Mengikuti
regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Pertahankan tirah baring selama fase
akut
2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk
menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung
dan leher.
3. Hilangkan/minimalkan aktifitas
vasokontraksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya batuk panjang,
mengejan saat BAB.
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
kebutuhan.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll.
|
1. Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan
relaksasi.
2. Tindakan yang menurunkan tekanan
vaskuler serebral, efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan
komplikasinya.
3. Aktifitas yang meningkatkan
vasokontraksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan vaskuler
serebral.
4. Meminimalkan penggunaan oksigen dan
aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien.
5. Analgetik menurunkan nyeri dan
menurunkan rangsangan saraf simpatis.
|
2. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake nutrisi inadekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
a) Klien
menunjukkan peningkatan berat badan.
b) Menunjukkan
perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat badan ideal
Intervensi
|
Rasional
|
1. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan
lemak, garam dan gula sesuai indikasi.
2. Kaji ulang masukan kalori harian dan
pilihan diet.
3. Dorong klien untuk mempertahankan
masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan, lingkungan
dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.
4. Intruksikan dan bantu memilih makanan
yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju,
telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur,
produk kalengan,jeroan).
5. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai
indikasi.
|
1. Kesalahan kebiasaan makan menunjang
terjadinya aterosklerosis, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan
intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.
2. Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan
dalam program diit terakhir.
3. Memberikan data dasar tentang
keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk
memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah/dapat mengontrol
perubahan.
4. Menghindari makanan tinggi lemak jenuh
dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis.
5. Memberikan konseling dan bantuan dengan
memenuhi kebutuhan diet individual.
|
3. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
Tujuan : tidak terjadi intoleransi aktivitas.
Kriteria Hasil :
a) Klien dapat
berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan atau diperlukan.
b) Melaporkan
peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji toleransi pasien terhadap
aktivitas dengan menggunakan parameter : frekwensi nadi 20 x/menit diatas
frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea,atau nyeri dada, kelelahan
berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.
2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan
aktivitas contoh : penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi,
peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.
3. Dorong memajukan aktivitas/toleransi
perawatan diri.
4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan
anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan
sebagainya.
5. Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam
memilih periode aktivitas.
|
1. Parameter menunjukan
respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indikator derajat
pengaruh kelebihan kerja jantung.
2. Stabilitas fisiologis pada istirahat
penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.
3. Konsumsi oksigen miokardia selama
berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan
aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
4. Teknik penghematan energi menurunkan
penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
5. Jadwal meningkatkan toleransi terhadap
kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.
|
DAFTAR
PUSTAKA
þ
Bare&Smeltzer, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Vol 2, Jakarta, EGC
þ Mansjoer, A,
dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta, Media Aesculapius FKUI
þ Ridwan, M 2009.
Mengenal,Mencegah,Mengatasi Silent Killer Hipertensi, Semarang, Pustaka
Widyamara.
Komentar
Posting Komentar