Laporan Pendahuluan Asma Bronchial

LAPORAN PENDAHULUAN
SISTEM PERNAFASAN : ASMABRONCHIAL




 
















Disusun Oleh
NUR AZIZ


AKADEMI KEPERAWATAN MAMBA’UL U’UUM
SURAKARTA
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONKHAL

A.  Pengertian
Asma bronkial adalah penyakit obstuksi jalan nafas yag dapat pulih den intermiten yang ditandai oleh penyempitan jalan napas, sehingga mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. Eksaserbasi akut terjadi dari beberapa menit sampai jam, serta bergantian dengan periode bebas gejala (mubarak 2015: 98).
       Asma adalah serangan dispnea paroksima berulang disertai mengi akibat kontraksi spas media bronki, keadaan ini biasanya disebabkan manifestasi alergi atas sekunder akibat kondisi kronis atau berulang (Porlands 2012:114)
       Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan. Penyempitan ini bersifat sementara (Amin 2013:40).
Klasifikasi asma menurut Pratomo (2008:42)
1.      Asma Ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan karena reaksi alergi penderita terhadap alergi dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat.
2.      Asma Intrinsik
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergi. Asma ini disebabkan oleh stresinfeksi dan kondisi lingkungan yang buruk seperti kelembaban, suhu, polusi udara, dan aktivitas olahraga yang berlebihan.
Asma dibedakaan menjadi dua jenis menurut (Amin 2013:40)
1.      Asma bronkial.
Penderita asma bronkial hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari luar seperti debu rumah,bulu binatang, aap kendaraan dll. Penyebab alergi gejala-gejala munculnya sangat mendadak sehingga gangguan asma bisa datang tiba-tiba. Gangguan ama bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang bawah menyempit akibat berkerutnya otot polos saluran pernafasan pembengkakan selaput lendir dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan.
2.      Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial bisa terjadi pada malam hari disertai sesak nafas yang hebat. Kejadian ini disebut Noctural Proximal Dyspola.biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.
Derajat asma menurut (Amin 2013:40)
1.      Intermiten                   : Gejala kurang dari 1 kali / minggu dan serangan singkat    
2.      Persisten ringan           : Gejala lebih dari satu kali /minggu tapi kurang dari 1x sehari
3.      Persisten Sedang         : Gejala terjadi setiap hari.
4.      Persisten berat             : gejala terjadi setiap hari dan seranga terjadi sering.

B.  Etiologi
Sebagian pemicu timbulnya serangan dapat berupa infeksi (Infeksi Virus RSV) iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara). Inhalan (debu, kapuk, tungau, sisa-sisa serangan mati, bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap cat). Makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-bijian, tomat). Obat (aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapaian, tertawa terbahak-bahak) dan emosi (Nanda. NIC-NOC 2016:66)

C.  Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronkial adalah batuk dispnea dan mengi. Selain gejala di atas ada beberaa gejala yang menyertai diantaranya sebagai berikut (Mubarak 2016:198):
1.      Takipnea dan Orthopnea
2.      Gelisah
3.      Dia Foresis
4.      Nyeri adomen karena terlibat otot abdomen dalam pernafasan.
5.      Kelelahan (Faigue)
6.      Tidak toleran terhadap aktivitas seperti makan berjalan bahkan berbicara.
7.      Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai pernafasan lambat.
8.      Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi.
9.      Sionss sekunder
10.  Gerak-gerak retensi karbon dioksida, seperti berkeringat, takinardi dan pelebaran tekanan nadi.
11.  Serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang secara spontan.

D.  Anatomi Fisiologi.
Description: C:\Users\luqma\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\Bagian-Bagian-Sistem-Pernapasan-Pada-5B1-5D.JPG
(Marilyam 2011:85)

E.   Patofisiologi.
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spalme otot polos edama dan inflamasi memakan jalan nafas dan eksudasi muncul intra minimal, sel-sel radang dan deris selular. Obstruksi, menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspiresi paksa dan kecepatan aliran penutupan prematur jalan udara , hiperinflasi paru. Bertambahnya kerja pernafasn, perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan nafas bersifat difusi, obstruksi menyebabkan perbedaan suatu bagian dngan bagian lain ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas terutama penurunan CO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi disaluran nafas antibod COE berikatan dengan alergi degrenakulasi sel mati, akibat degrenakulasi tersebut histomin dilepaskan. Histomin menyebabkan konstruksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin juga merangsang pembentukan mulkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler maka juga akan terjadi kongesti dan pembanguan ruang intensium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memerlukan respon yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergi atau sel-sel mestinya terlalu mudah mengalami degravitasi dimanapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut. Hasil akhirnya adalah bronkapasme, pembentukan mukus edema dan obstruksi aliran udara (Amin 2013:47)

F.   Pathways
Description: C:\Users\luqma\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\MBUH.JPG






G.  Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan Sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan:
a.       Kristal-kristal Charcot leyden yang merupakan degranulasi duri kristal eosinofil.
b.      Terdapatnya spiral cursehman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-cabang bronkus.
c.       Terdapatnya creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
d.      Terdapatnya neutrofil eosinofil.
2.      Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma.
a.       Gas analisa darah
Terdaat aliran darah yang veriabel, akan tetapi bila terdapat PaCO2 maupun penurunan PH menunjukan prognosis yang buruk.
b.      Kadang-kadang pada darah terdapat SGOT dan LDTI yang meninggi
c.       Pada pemriksaan faktor alergi terdapat I9E yang meninggi pada waktu serangan dan menurun pada waktu penderita bebas dari seragan.
3.      Foto Rontgen
Pada umumnya pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma gambaran ini menunjukan hiperinflasi paru berupa radiolusen yang bertambah dan pelebaran rongga interkostal serta diafragma yang menurun, (Amin 2013:49)
4.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asma bronkial menurut (Amin 2013:49)
1.      Edukasi penderita
2.      Menilai dan memonitor besarnya penyakit secara obyektif dengan mengukur fungsi paru.
3.      Mengurangi pengobatan jangka panjang untuk pencegahan.
4.      Merencanakan pengobatan untuk serangan akut.
5.      Menghindari dan mengendalikan pencetus asma bronkial
Komplikasi:
Komplikasi menurut (manjoer 2007:477) yang mungkin timbul adalah:
1.      Phemothora
Keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang dicurigai.
2.      Phemothoran
Dikenal juga sebagai enfisema mediustrum adalah kondisi dimana udara hadir di mediastrium
3.      Bronkitis
Lapisan bagian dalam dari saluran pernafasan di paru-paru yang masih mengalami bengkak
Fokus Pengkajian
Fokus Pengkajian menurut (Amin 2013:49)
1.      Pengkajian primer
a.       Rochi, batuk keras, kering/ produktif : airways
b.      Pengkajian ekspirasi, mengi, perpendekan periode inservasi, sesak nafas, hidoksia: Britho
Hipotensi, digtoleransis, sionosis, pulsus parado Xos > 10mm circulation
2.      Pengkajian sekunder
a.       Riwayat penyakit sebelumnya
Alergi, batuk, pilek, menderita penyakit infusi saluran nafas bagian atas.
b.      Riwayat penyakit keluarga
Adalah riwayat penyakit asma pada keluarga
c.       Riwayat sosial ekonomi
Jenis pekerjaan dan waktu luang jenis makanan yang berhubungan dengan alergi



K. Diagnosa Keperawatan
1. bersihkan jalan nafas tidak efektif beda obstruksi jalan nafas.
2. intoleransi aktivitas beda ketidak seimbangan antara suplai oksigen aktivitas serta kelemahan umum.
3. gangguan pertukaran gas beda perubahan membran alveolar kapiler

Fokus Intervensi
1.      Bersikan jalan nafas tidak efektif beda muncus Obstruksi jalan nafas
KH : Menunjukan jalan nafas yang paten
·         Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas ormal
Intervensi
1.      Ausultasi suara nafas
Rasional         : Untuk mengetahui suara nafas pasien.
2.      Ajarkan batuk efektif
Rasional         : Membantu mengeluarkan dahak
3.      Lakukakn fisioterap dada
Rasional         : Untuk memberikan nafas yang longgar
4.      Berikan oksigen
Rasioanl         : Untuk memberikan bantuan dalam Pemenuhan kebutuhan O2
5.      Kolabrasi dengan dokter.
Rasional         : Untuk melanjutkan tindakan keperawatan.
2.      Intoleransi aktiitas beda ketidaksambungan antara suplai oksigen denagn kebutuhan serta kelemahan umum dapat teratasi dengan.
KH : - Mampu melakukan aktivitas sehari-hari scara mandiri
-   TTV Normal
Intervensi
1.      Identifikasi aktivitas yang dilakukan
Rasinal           : untuk memberi aktivitas sesuai dengan kemamuan pasien.
2.      Bantu aktivitas perawata diri yang dierlukan
Rasional         : membantu dalam perawatan diri pasien.
3.      Kolaborasi denag tenaga kesehatan.
Rasional         : untuk memberi pengobatan yang sesuai.
4.      Ubah posisi pasien dengan perlahan.
Rasional         : untuk menghindari tirah baring.
5.      Evaluasi TT
Rasional         ; untuk mengetahui tindakan berikutntnya.
3.      Gangguan pertukaran gas beda perubahan memberikan alveolar-kapiler
KH : - TTV dalam rebtang normal
-   Memelihara keersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda distres pernafasan.
Intervensi
1.      Akultasi suara nafas pasien.
Rasional         : untuk mengetahui suara nafas.
2.      Monitor frekuensi dan irama pernafasan.
Rasional         : untuk megetahui irama nafas.
3.      Ajarka relaksasi distraksi.
Rasional         : meguragi sedikit sesak dari pasien.
4.      Observasi TTV
Rasional         : untuk mengetahui ada peningkatan RR atau tidak.
5.      Kolaborasi dengan doker
Rasional         : untuk memberikan terapi salanjutnya.










DAFTAR PUSTAKA

Manjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1Edisi 3. Jakarta: Media Aesculuplus.
Mubarak, W dkk. 2015. Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur Tetap Dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nana Nic-Noc. 2015
Neuratif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda.Yogyakarta: Mediacation.
Newman, Porland. 2012. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC





Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer